FAQ Konservasi Taman Nasional Matalawa

tnmatalawa.org

Terbang ke Bandara Umbu Mehang Kunda (Waingapu) atau Bandara Tambolaka (Sumba Barat Daya). Dari bandara, lanjutkan perjalanan darat menggunakan mobil sewaan atau transportasi lokal menuju pintu masuk kawasan. Disarankan menggunakan pemandu lokal karena akses jalan yang menantang dan minim penunjuk arah.

Tiket domestik: Rp 5.000 (hari biasa), Rp 7.500 (hari libur). Wisatawan mancanegara: Rp 150.000 (hari biasa), Rp 225.000 (hari libur). Biaya tambahan untuk jasa pemandu lokal dan kendaraan khusus menuju lokasi wisata tertentu.

Pagi hari pukul 05:30-08:00 dan sore hari pukul 15:30-17:30 adalah waktu optimal. Musim kemarau (April-Oktober) memberikan visibilitas terbaik untuk mengamati 159 jenis burung. Site terbaik untuk bird watching adalah hutan Bila di Desa Prekomba dan kawasan Wanggameti.

Hotel Nihiwatu (premium) di Sumba Barat untuk akses ke Air Terjun Lapopu. Kota Waingapu menyediakan berbagai pilihan hotel dan guesthouse untuk akses ke kawasan Laiwangi Wanggameti. Tersedia juga camping ground di dalam kawasan dengan fasilitas terbatas.

Ya, diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) untuk kegiatan penelitian dan pembuatan film. Masa berlaku maksimal 3 bulan dengan kemungkinan perpanjangan. Wajib melibatkan petugas taman nasional sebagai pemandu dan menyerahkan laporan hasil penelitian.

Pos tiket, shelter, jembatan bambu tradisional, menara pengamatan burung, dan jalur interpretasi alam. Pusat interpretasi dengan informasi biodiversitas dan toilet umum di beberapa lokasi. Fasilitas masih terbatas sehingga pengunjung disarankan membawa perbekalan sendiri.

Gunakan pakaian tertutup dan sepatu trekking untuk perlindungan dari serangga dan medan berbatu. Bawa air minum cukup, obat-obatan pribadi, dan perlengkapan P3K. Selalu ikuti instruksi pemandu dan jangan meninggalkan jejak (leave no trace principle).

Ya, dengan tingkat keberhasilan sekitar 70% terutama di site Prekomba dan sekitar pusat penangkaran. Diperlukan kesabaran dan binokuler untuk pengamatan optimal. Waktu terbaik adalah pagi hari saat aktivitas makan dan sore hari menjelang bertengger.

Minimal 2-3 hari untuk menikmati Air Terjun Lapopu, Matayangu, dan aktivitas bird watching. Kunjungan 5-7 hari ideal untuk eksplorasi lengkap termasuk trekking ke Puncak Wanggameti. Program penelitian biasanya memerlukan waktu 1-3 bulan.

Musim hujan (November-Maret) tidak direkomendasikan karena jalan licin dan akses sulit. Jembatan bambu menjadi berbahaya saat basah dan debit air terjun sangat deras. Sebaiknya kunjungi saat musim kemarau untuk keamanan optimal.

Boleh: mengambil foto, mengamati satwa dari jarak aman, menggunakan jalur yang sudah ditentukan. Tidak boleh: memberi makan satwa, memetik tumbuhan, membawa sampah plastik, membuat api unggun di luar area yang ditentukan, mengganggu habitat satwa.

Sinyal telepon dan internet sangat terbatas atau tidak ada di sebagian besar kawasan. Hanya area sekitar kantor balai dan beberapa titik tinggi yang memiliki sinyal lemah. Disarankan menginformasikan rencana perjalanan kepada keluarga sebelum masuk kawasan.